Rabu, 21 Oktober 2009

SHALAT MUSAFIR&ORANG SAKIT

SHOLAT MUSAFIR

Mengenai sholat orang dalam bepergian/perjalanan yang juga disebut Sholat Safar, banyak kesimpang siuran pendapat di kalangan umat sehingga menimbulkan keraguan. Sehingga timbulah pendapat-pendapat yang tidak berdasar kepada Al-Qur'an dan Al Hadits. Dalam suatu Hadits diriwayatkan "Sholatlah seperti Sholatku", maka dengan menjalankan sholat yang tidak sesuai tuntunan Rasulullah saw atau karena ragu-ragu akhirnya malah memilih untuk meninggalkan aturan-aturan yang berkaitan , ini dapat berakibat "tertolaknya" ibadah Sholat tersebut.



Artinya : Syau'bah dari Yayah bin Yazid Hannafi, memberitakan "Saya bertanya kepada Anas bin Malik mengenai sholat Qashar, maka Anas menjawab: Rasullullah SAW bila bepergian sejauh 3 mil atau 3 farsakh, maka Rasulullah SAW sholat dua raka'at (HSR. Ahmad dan Muslim)

Kata-kata 3 mil atau farsah diatas tidak jelas karena perawi (Syau'bah) tidak jelas/ragu-ragu meriwayatkannya, antara mil atau farsakh. Padahal 1 farsakh = 3 mil atau 3 farsakh = 9 mil. Kekaburan ini diperjelas dengan berita (dari Abu Sa'id Al-Khudri) sebagai berikut :



Artinya : Ia memberitakan Rasulullah SAW bila bepergian sejauh satu farsakh, maka mengqashar sholat menjadi dua raka'at (diberitakan oleh Said bin Mansur dan Al-Hafidz, yang menyebutkannya dalam Kitab At-Talkhis dan ia mendiamkan hadits ini sebagai tanda pengakuannya).


Menunda pelaksanaan Sholat hingga menjumpai tempat yang dirasa afdal/nyaman.
Mari kita lihat Hadits dari Abdullah bin 'umar diriwayatkan :


Artinya : Bahwa Nabi SAW bersembahyang di atas punggung kendaraannya menghadap ke arah yang ditujunya dengan memberi isyarat dengan kepala.

Dari riwayat tersebut maka pelaksanaan Sholat Musafir/Safar (bisa) dilaksanakan selagi dalam perjalanan itu sendiri baik di atas kuda, onta, sepeda motor, mobil dll, tanpa harus menunggu sampainya ke suatu tempat seperti mushola, masjid dll. Sedangkan bab bersuci itu sendiri bisa dilakukan dengan bertayamum.

SHALAT ORANG YANG SAKIT

Hukum-Hukum yang berhubungan dengan shalat orang sakit

Di antara hukum-hukum yang berhubungan dengan orang sakit dalam ibadah sholatnya adalah:

1. Orang yang sakit tetap wajib sholat diwaktunya dan melaksanakannya menurut kemampuannya , sebagaimana diperintahkan Allah Ta’ala dalam firman-Nya:

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu. (Qs. At-Taghâbûn/ 64:16) dan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ‘Imrân bin Hushain:

كَانَتْ بِي بَوَاسِيرُ فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الصَّلَاةِ فَقَالَ صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ

Pernah Penyakit wasir menimpaku, lalu akau bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang cara sholatnya. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Sholatlah dengan berdiri, apabila tidak mampu maka duduklah dan bila tidak mampu juga maka berbaringlah.” (HR al-Bukhari no. 1117)

2. Apabila berat melakukan setiap sholat pada waktunya maka diperbolehkan baginya untuk men-jama’ (menggabung) antara shalat Zhuhur dan Ashar, Maghrib dan ‘Isya baik dengan jama’ taqdim atau ta’khir . Hal ini melihat kepada yang termudah baginya. Sedangkan shalat Shubuh maka tidak boleh dijama’ karena waktunya terpisah dari shalat sebelum dan sesudahnya. Diantara dasar kebolehan ini adalah hadits Ibnu Abas radhiallahu ‘anhuma yang menyatakan:

جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ بِالْمَدِينَةِ فِي غَيْرِ خَوْفٍ وَلَا مَطَرٍ قَالَ (أَبُوْ كُرَيْبٍ) قُلْتُ لِابْنِ عَبَّاسٍ لِمَ فَعَلَ ذَلِكَ قَالَ كَيْ لَا يُحْرِجَ أُمَّتَهُ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjama’ antara Zhuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya’ di kota Madinah tanpa sebab takut dan hujan. Abu Kuraib berkata: Aku bertanya kepada Ibnu Abas radhiallahu ‘anhuma: Mengapa beliau berbuat demikian? Beliau radhiallahu ‘anhuma menjawab: Agar tidak menyusahkan umatnya. (HR Muslim no. 705)

Dalam hadits diatas jelaslah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membolehkan kita menjama’ sholat karena adanya rasa berat yang menyusahkan (masyaqqoh) dan jelas sakit merupakan masyaqqah. Hal ini juga dikuatkan dengan menganalogikan orang sakit kepada orang yang terkena istihaadhoh yang diperintahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengakhirkan sholat Zhuhur dan mempercepat Ashar dan mengakhirkan Maghrib dan mempercepat Isya’.

3. Orang yang sakit tidak boleh meninggalkan sholat wajib dalam segala kondisinya selama akalnya masih baik

4. Orang sakit yang berat untuk mendatangi masjid berjama’ah atau akan menambah dan atau memperlambat kesembuhannya bila sholat berjamaah di masjid maka dibolehkan tidak sholat berjama’ah Imam Ibnu al-Mundzir rahimahullah menyatakan: Tidak diketahui adanya perbedaan pendapat diantara ulama bahwa orang sakit dibolehkan tidak sholat berjama’ah karena sakitnya. Hal itu karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sakit tidak hadir di Masjid dan berkata:

مُرُوا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ بِالنَّاسِ

Perintahkan Abu Bakar agar mengimami sholat. (Muttafaqun ‘Alaihi) [6]

Tata cara sholat orang yang sakit

Tata cara shalat orang sakit dapat diringkas dalam keterangan berikut ini:

a. Diwajibkan atas orang yang sakit untuk sholat berdiri apabila mampu dan tidak khawatir sakitnya bertambah parah, karena berdiri dalam sholat wajib adalah salah satu rukunnya. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala:

وَقُومُواْ لِلّهِ قَانِتِينَ

Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. (Qs. Al-Baqarah/2:238) dan keumuman hadits ‘Imrân di atas.

Diwajibkan juga orang yang mampu berdiri walaupun dengan menggunakan tongkat atau bersandar ke tembok atau berpegangan dengan tiang berdasarkan hadits Ummu Qais radhiallahu ‘anha yang berbunyi:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا أَسَنَّ وَحَمَلَ اللَّحْمَ اتَّخَذَ عَمُودًا فِي مُصَلَّاهُ يَعْتَمِدُ عَلَيْهِ

Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berusia lanjut dan lemah maka beliau memasang tiang di tempat sholatnya untuk menjadi sandaran. (HR Abu Daud dan dishahihkan al-Albani dalam Silsilah Ash-Shohihah 319). Demikian juga orang bongkok diwajibkan berdiri walaupun keadaannya seperti orang rukuk. [7]

Syeikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Diwajibkan berdiri atas seorang dalam segala caranya, walaupun menyerupai orang ruku’ atau bersandar kepada tongkat, tembok, tiang ataupun manusia.” [8]

b. Orang sakit yang mampu berdiri namun tidak mampu ruku’ atau sujud tetap tidak gugur kewajiban berdirinya. Ia harus sholat berdiri dan bila tidak bisa rukuk maka menunduk untuk rukuk Bila tidak mampu membongkokkan punggungnya sama sekali maka cukup dengan menundukkan lehernya, Kemudian duduk lalu menunduk untuk sujud dalam keadaan duduk dengan mendekatkan wajahnya ke tanah sedapat mungkin. [9]

c. Orang sakit yang tidak mampu berdiri maka melakukan sholat wajib dengan duduk, berdasarkan hadits ‘Imrân bin Hushain dan ijma’ para ulama. Ibnu Qudâmah rahimahullah menyatakan, “Para ulama telah ber-ijma’ (bersepakat -ed) bahwa orang yang tidak mampu shalat berdiri maka dibolehkan shalat dengan duduk.” [10]

d. Orang sakit yang dikhawatirkan akan menambah parah sakitnya atau memperlambat kesembuhannya atau sangat susah berdiri, diperbolehkan shalat dengan duduk [11]. Syeikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menyatakan, “Yang benar adalah kesulitan (masyaqqah) membolehkan sholat dengan duduk. Apabila seorang merasa susah shalat berdiri maka ia boleh shalat dengan duduk, berdasarkan firman Allah Ta’ala:

يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (Qs. Al-Baqarah/2:185)

Sebagaimana juga bila berat berpuasa bagi orang yang sakit walaupun masih mampu diperbolehkan berbuka dan tidak berpuasa maka demikian juga bila susah berdiri maka ia dibolehkan shalat dengan duduk.” [12]

Orang yang sakit apabila sholat dengan duduk sebaiknya duduk bersila pada posisi berdirinya berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha yang berbunyi:

رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي مُتَرَبِّعًا

Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sholat dengan bersila. [13]

Juga karena bersila secara umum lebih enak dan tuma’ninah (tenang) dari duduk iftirâsy [14].

Apabila rukuk maka rukuk dengan bersila dengan membungkukkan punggungnya dan meletakkan tangannya di lututnya, karena ruku’ berposisi berdiri. [15]

Dalam keadaan demikian masih diwajibkan sujud diatas tanah dengan dasar keumuman hadits Ibnu Abas radhiallahu ‘anhuma yang berbunyi:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ الْجَبْهَةِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَالْيَدَيْنِ وَالرِّجْلَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ

Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku diperintahkan untuk bersujud dengan tujuh tulang; Dahi –dan beliau mengisyaratkan dengan tangannya ke hidung- kedua telapak tangan, dua kaki dan ujung kedua telapak kaki.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Bila tidak mampu juga maka ia meletakkan kedua telapak tangannya ketanah dan menunduk untuk sujud. Bila juga tidak mampu maka hendaknya ia meletakkan tangannya dilututnya dan menundukkan kepalanya lebih rendah dari pada ketika ruku’. [16]

e. Orang sakit yang tidak mampu melakukan shalat berdiri dan duduk maka boleh melakukannya dengan berbaring miring, boleh dengan miring ke kanan atau ke kiri dengan menghadapkan wajahnya ke arah kiblat. Hal ini dilakukan dengan dasar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ‘Imrân bin al-Hushain:

صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ

Sholatlah dengan berdiri, apabila tidak mampu maka duduklah dan bila tidak mampu juga maka berbaringlah. (HR al-Bukhari no. 1117)

Dalam hadits ini nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menjelaskan sisi mana ke kanan atau ke kiri sehingga yang utama adalah yang termudah dari keduanya. Apabila miring ke kanan lebih mudah maka itu yang lebih utama dan bila miring ke kiri itu yang termudah maka itu yang lebih utama. Namun bila kedua-duanya sama mudahnya maka miring ke kanan lebih utama dengan dasar keumuman hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha yang berbunyi:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ التَّيَمُّنَ فِي شَأْنِهِ كُلِّهِ فِي نَعْلَيْهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ

Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam suka mendahulukan sebelah kanan dalam seluruh urusannya, dalam memakai sandal, menyisir dan bersucinya. (HR Muslim no 396). Kemudian melakukan ruku’ dan sujud dengan isyarat menundukkan kepala ke dada dengan ketentuan sujud lebih rendah dari ruku’.

Apabila tidak mampu menggerakkan kepalanya maka para ulama berbeda pendapat dalam tiga pendapat:

  1. Melakukannya dengan mata. Sehingga apabila ruku’ maka ia memejamkan matanya sedikit kemudian mengucapkan kata سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ lalu membuka matanya. Apabila sujud maka memejamkan matanya lebih dalam.
  2. Gugur semua gerakan namun masih melakukan sholat dengan perkataan.
  3. Gugur kewajiban sholatnya dan inilah pendapat yang dirojihkan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah.

Syeikh Ibnu Utsaimin merojihkan pendapat kedua dengan menyatakan, “Yang rojih dari tiga pendapat tersebut adalah gugurnya perbuatan saja, karena ini saja yang tidak mampu dilakukan. Sedangkan perkataan maka ia tidak gugur karena ia mampu melakukannya dan Allah berfirman:

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu. (Qs. At-Taghaabun/64:16)” [17]

f. Orang sakit yang tidak mampu berbaring miring, maka boleh melakukan shalat dengan terlentang dan menghadapkan kakinya ke arah kiblat karena hal ini lebih dekat kepada cara berdiri. Misalnya bila kiblatnya arah barat maka letak kepalanya di sebelah timur dan kakinya di arah barat. [18]

g. Apabila tidak mampu menghadap kiblat dan tidak ada yang mengarahkannya atau membantu mengarahkannya ke kiblat, maka shalat sesuai keadaannya tersebut, berdasarkan firman Allah Ta’ala:

لاَ يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْساً إِلاَّ وُسْعَهَا

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Qs. Al-Baqarah/2:286)

h. Orang sakit yang tidak mampu shalat dengan terlentang maka shalat sesuai keadaannya dengan dasar firman Allah Ta’ala:

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu. (Qs. At-Taghaabun/64:16)

i. Orang yang sakit dan tidak mampu melakukan seluruh keadaan di atas. Ia tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya dan tidak mampu juga dengan matanya, maka ia sholat dengan hatinya. Shalat tetap diwajibkan selama akal seorang masih sehat.

j. Apabila orang sakit mampu di tengah-tengah shalat melakukan perbuatan yang sebelumnya ia tidak mampu, baik keadaan berdiri, ruku’ atau sujud, maka ia melaksanakan sholatnya dengan yang ia telah mampui dan menyempurnakan yang tersisa. Ia tidak perlu mengulang yang telah lalu karena yang telah lalu dari sholat tersebut telah sah. [19]

k. Apabila orang sakit tidak mampu sujud di atas tanah, maka ia menundukkan kepalanya untuk sujud di udara dan tidak mengambil sesuatu sebagai alas sujud. Hal ini didasarkan kepada hadits Jâbir yang berbunyi:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم عَادَ مَرِيْضًا فَرَآهُ يُصَلِّي عَلَى وِسَادَةٍ فَأَخَذَهَا فَرَمَى بِهَا، فَأَخَذَ عُوْدًا لِيُصَلِّي عَلَيْهِ فَأَخَذَهُ فَرَمَى بِهِ، قَالَ: صَلِّ عَلَى الأَرْضِ إِنِ اسْتَطَعْتَ وَإِلاَّ فَأَوْمِ إِيْمَاءً وَاجْعَلْ سُجُوْدَكَ أَخْفَضَ مِنْ رُكُوْعِكَ

Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk orang sakit lalu melihatnya sholat di atas (bertelekan) bantal, lalu beliau mengambilnya dan melemparnya. Lalu ia mengambil kayu untuk dijadikan alas sholatnya, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambilnya dan melemparnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sholatlah di atas tanah apabila ia mampu dan bila tidak maka dengan isyarat dengan menunduk (al-Imâ’) dan menjadikan sujudnya lebih rendah dari ruku’nya.” [20]

Rabu, 14 Oktober 2009

Makanatur Rasul

Makanatur Rasul

Sinopsis

Muhammad RasululLah SAW adalah sebagai hamba di antara hamba-hamba Allah lainnya. Sebagai hamba maka Rasul mempunyai ciri yang juga sama dengan manusia lainnya seperti beliau sebagai manusia, mempunyai nasab dan jasadnya. Sebagai hamba ini menunjukkan bahawa Nabi adalah manusia biasa yang Allah berikan kemuliaan berupa wahyu dari Allah. Untuk mengetahui Nabi sebagai hamba dapat kita ketahui secara pasti dari perjalanan sirah Nabi , khususnya di dalam fiqh sirah. Selain itu Nabi Muhammad SAW juga sebagai rasul di antara para rasul. Sebgai rasul , Nabi bersifat menyampaikan risalah, menjalankan amanah dari Alah, dan sebagai pemimpin ummat. Perjalanan nabi sebgai Rasul dalam menyampaikan dakwah dan misi dapat dilihat dari dakwah-dakwah Nabi seperti di dalam fiqh dakwah. Selain itu Nabi Muhammad SAW juga membawa sunnah yang dijadikan sebagai fqhul Ahkam. Kedudukan Rasul dapat digambarakan didalam sirah nabi, sunnahnya dan dakwahnya sehingga dari kedudukan ini banyak yang kita ambil sebagai fiqh sirah, fiqh ahkam dan fiqh dakwah.

Hasiyah

1. Abid min ibadillah

Sarahan

  • Rasul Muhammad SAW adalah sebagai hamba dan manusia biasa yang juga makan, minum, pergi ke pasar, beristeri, berniaga dan segala aktiviti manusia dikerjakan dan ditunaikan dengan baik. Rasul melaksanakan keperluan dan keperluan sebagai mana manusia lainnya melaksanakan keperluannya. Dari keadaan ini dapat disimpulkan bahawa Rasul sebagai manusia dan kita pun sebagai manusia sehingga apa yang dikerjakan oleh Nabi juga dapat dilaksanakan oleh kita secara baik. Tidak ada alasan untuk tidak mengerjakan perintah Rasul kerana Allah telah mengutus Rasul dari kalangan manusia juga.

  • Yang membezakan rasul dengan manusia yang lain ialah Rasul mendapat wahyu iaitu menyuruh kita mengilahkan Allah sahaja.

Dalil

  • 18:110, Rasul adalah manusia biasa seumpamamu

  • 17:1, Rasul disebut oleh Allah sebagai hambanya

a. Insan

Sarahan

  • Rasul sebagai manusia digambarkan makan, ke pasar dan sebagainya. Perilaku ini menggambarkan suatu aktiviti sehari-hari manusia. Apabila Rasul sebagai manusia maka dakwah mudah dilaksanakan dan mudah diterima, tidak ada alasan bagi manusia untuk menolaknya. Apabila malaikat sebagai Nabi maka banyak alasan untuk tidak melaksanakan perintah Allah. Kaum Yahudi sentiasa menyoal kehadiran Rasul yang berasal dari manusia. Sebetulnya mereka mengada-adakan soalan yang didasari kekufurannya kepada Allah.

  • Rasul sebagai manusia juga dijelaskan dengan peranan Rasul sebagai suami dan bapa dari anak-anaknya. Dengan peranan ini menjadikan manusia lebih sempurna dan dapat mengikutinya dengan baik setiap amalan dan arahannya.

Dalil

  • 25:7, Rasul sebagai manusia yang juga makan, berjalan ke pasar

  • 13:38, Rasul mempunyai isteri, anak.

b. Nasab

Sarahan

  • Rasul berasal dari kaum Quraish. Bapanya yang bernama Abdullah dan ibunya bernama Aminah. Beliau mempunyai keluarga dan keturunan yang jelas. Begitupun tentang sejarah kelahiran dan asal usulnya. Sejarah yang menjelaskan bagaimana nabi dibesarkan sehingga menjadi Rasul juga banyak terdapat di berbagai buku sirah Nabi.

Dalil

  • Hadits dan Sirah Nabi

c. Jism

Sarahan

  • Jism nabi Muhammad SAW digambarkan banyak oleh hadits seperti rambutnya yang rapi dan selalu disikat kemas, badannya yang kuat, tingginya sederhana dan sebagainya. Dari gambaran jasad ini Nabi adalah manusia yang juga sebagai manusia biasa lainnya.

Dalil

  • Hadits dan sirah

d. Sirah Nabawiyah

Sarahan

  • Penggambaran Nabi sebagai hamba Allah terdapat di dalam sirah nabawiyah. Penggambaan ini dijadikan sebagai pengajaran , menerangkan sesuatu dan juga dapat sebagai petunjuk bagi kita yang membacanya. Dari sirah nabawiyah dapat disimpulkan bahawa Nabi sebagai hamba Allah dan menjalankan aktiviti-aktivitinya sebagai manusia biasa.

Dalil

  • 12:111, Kisah di dalam sirah dijadikan sebagai pelajaran

2. Rasul minal mursalin

Sarahan

  • Muhammad SAW selain sebagai hamba biasa juga sebagai Rasul yang mempunyai keutamaan dan ciri-ciri kerasulan. Muhammad seperti Rasul lainnya juga mempunyai mukjizat dan tugas-tugas mulia. Walau bagaimanapun Rasul juga seperti manusia yang akan meninggal pada saatnya.

Dalil

  • 3:144, Muhammad itu sebagai Rasul yang sesungguhnya telah terdahulu beberapa Rasul sebelumnya.

a. Tabligh Risalah

Sarahan

  • Peranan Rasul yang utama adalah menyampaikan risalah Tuhan kerana inilah yang membezakan nya dengan manusia biasa. Rasul membawa manusia untuk mengabdi kepada Ilah yang satu iaitu Allah SWT. Menyampaikan misi Islam dan memberikan contoh adalah aktiviti utama para Rasul

Dalil

  • 72:28, Rasul-rasul itu telah menyampaikan risalat Tuhannya.

  • 33:39, Rasul yang menyampaikan risalah Agama Allah

b. Adaul Amanah

Sarahan

  • Rasul telah menunaikan amanahnya sebagai rasul iaitu menyampaikan risalah kepada manusia. Menunaikan amanah dan tugas menyampaikan misi ini merupakan peranan Rasul. Bukti bahawa Rasul telah menunaikan amanah ini adalah pengikut-pengikutnya yang setia dan menyebarkan dakwah kepada manusia.

Dalil

  • 72:28, Rasul telah menyampaikan risalat Tuhannya.

  • 5:67, Rasul diperintahkan untuk menyampaikan apa-apa yang diterimanya dari Allah

c. Imamatul Ummat

Sarahan

  • Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul juga sebagai Imam yang bertanggung jawab ke atas ummatnya. Pada hari kiamat Nabi berperanan sebagai Ummat. Hal ini menunjukkan bahawa Nabi juga bertanggungjawab terhadap apa-apa yang sudah disampaikan kepada ummatnya. Ketika dihari penghitungan di hari kiamat Nabi mempertanggungjawabkan ummatnya.

Dalil

  • 4:41, Nabi Muhammad sebagai saksi bagi ummatnya

  • 17:71, setiap manusia dengan imamnya di hari kiamat

d. Dakwah Nabawiyah

Sarahan

  • Al Qur'an dan juga Sirah banyak menjelaskan dakwah nabi. Dari kedua ini muncul fiqh dakwah yang bersesuai dengan realiti, tuntutan, keadaan dan respons tempatan. Misalnya Allah menceritakan perjalanan Hijrah Nabi bersama Abu Bakar yang berada di gua Tsur, didapati banyak ular dan berbagai haiwan yang berbahaya, kemudian nabi berkata janganlah takut sesungguhnya Allah bersama kami. Ayat yang menggambarkan dakwah ini menjadi fiqh dakwah bagi para da'i saat ini khususnya memotivasikan kita agar sentiasa berdakwah walaupun menghadapi banyak cabaran dan rintangan.

Dalil

  • 9:40, Rasul menasehati Abu Bakar, janganlah berduka cita sesungguhnya Allah bersama kami.

3. Sunnah

Sarahan

  • Dari segi bahasa Sunnah bererti jalan. Maksud Sunnah Nabi adalah segala sesuatu yang disebutkan, diakurkan dan diamalkan. Sunnah Nabi bernilai syar'i dan perlu untuk mengikutinya. Sunnah yang demikian dijadikan sebagai teladan dan ikutan. Sesuatu di luar itu boleh dilaksanakan boleh juga tidak, ia merupakan sesuatu yang tidak wajib seperti Nabi biasa menunggang unta, memakai pakaian budaya Arab, perang dengan pedang, dan sebagainya. Perkara ini adalah wasailul hayah yang boleh berubah dan tidak mesti mengikutinya. Yang perlu diikuti dan bernilai sunnah adalah yang bersifat minhajul Hayat. Sunnah ini dijadikan sebagai fiqh ahkam untuk rujukan beramal atau mengambil keputusan.

Dalil

  • Hadits dan sirah Nabi

a. Fiqhul Ahkam

Sarahan

  • Bagi muslim dalam menjalankan hidup dan dakwah tentunya menghadapi banyak cabaran selain dari bagaimana mesti menjalani hidup ini dengan sempurna. Peranan hukum atau aturan sebagai panduan membawa kita ke arah yang sempurna sangatlah diperlukan. Rasul dijadikan sebagai tempat ketaatan dan ikutan, dan juga sebagai rujukan hukum. Fiqh ahkam yang digunakan sebagai dalil juga memerlukan pandangan sunnah.

Dalil

  • 4: 64, 65, Rasul sebagai rujukan hukum dalam mengurus perselisihan

Ringkasan Dalil

Hamba di antara hamba-hamba Allah (18:110, 17:1)

Seorang rasul di antara para Rasul (26:3, 3: 144)

Keadaannya sebagai manusia (25:7, 13:38), nasabnya (hadits) dan jasadnya (hadits)

Penyampai misi (72:28)

Penunai amanah (5:3, 33:39, 5:67)

Pemimpin ummat (4:41, 17:71)

Sirah/perjalanan hidup nabi - fiqhus sirah (12:112)

Dakwah Nabi - fiqhuh dakwah (9:40)

Fiqih hukum (4:65)

Ta'rifur Rasul

Ta'rifur Rasul

Sinopsis

Rasul adalah seorang lelaki yang terpilih dan yang diutus oleh Allah dengan risalah kepada manusia. Definisi rasul ini menggambarkan kepada kita bagaimana manusia sebagai Rasul yang terbaik di antara manusia lainnya. Sehingga apa yang dibawa, dibincangkan dan dilakukan adalah sesuatu yang terpilih dan mulia dibandingkan dengan manusia lainnya. Rasul sebagai pembawa risalah yang Allah berikan kepadanya dan juga Rasul sebagai contoh dan teladan bagi aplikasi Islam di dalam kehidupan seharian. Untuk lebih jelasnya bagaimana mengenal Rasul yang menjalankan peranan pembawa risalah dan sebagai model, maka kita perlu mengenal apakah ciri-ciri dari Rasul tersebut. Ciri-ciri Rasul adalah mempunyai sifat-sifa yang asas, mempunyai mukjizat, sebagai pembawa berita gembira, ada berita kenabian dan memiliki ciri kenabian, juga nampak hasil perbuatannya.

Hasiyah

1. Ar Rasul

Sarahan

  • Rasul adalah lelaki yang dipilih dan diutus Allah dengan risalah Islam kepada manusia. Rasul adalah manusia pilihan yang kehidupannya semenjak kecil termasuk ibu dan bapanya sudah dipersiapkan untuk menghasilkan ciri-ciri kerasulannya yang terpilih dan mulia. Mengenal rasul mesti mengetahui apakah peranan dan fungsi rasul yang dibawanya. Terdapat dua peranan rasul iaitu membawa risalah dan sebagai model.

  • Rasul sebagai manusia biasa yang diberikan amanah untuk menyampaikan risalah kepada manusia.

Dalil

  • 18:110, Rasul sebagai manusia biasa seperti mu

  • 6:9, Rasul dalam bentuk Rajul bukan malaikat

  • 33:40, Muhammad SAW sebagai Rasul Allah

2. Hamilu Risalah

Sarahan

  • Rasul membawa risalah kepada manusia, banyak disampaikan di dalam ayat Al Qur'an. Tugas menyampaikan wahyu dan risalah ini adalah tugas dan amanah wajib bagi setiap Rasul. Apa sahaja yang Rasul terima dari Allah maka disampaikan wahyu tadi kepada manusia.

  • Rasul dan orang yang menyampaikan risalah Islam tidak akan takut dengan segala bentuk ancaman kerana ia yakin bahawa yang dibawa dan disampaikannya adalah milik Allah yang memiliki alam semesta dan seisinya. Dengan demikian apabila kita menyampaikan pesan sang pencipta maka pencipta (Allah) akan melindungi dan menolongnya.

Dalil

  • 5:67, Rasul menyampaikan apa-apa yang diterimanya dari Allah

  • 33:39, orang yang menyampaikan risalah Allah, mereka tidak takut kepada sesiapapun kecuali hanya kepada Allah sahaja.

3. Qudwatu fi tatbiqu risalah

Sarahan

  • Dalam menjalankan dan mengamalkan Islam, tidak akan mungkin seorang manusia dapat memahami langsung apa-apa yang ada di dalam Al Qur'an kecuali apabila dapat petunjuk dan contoh dari Nabi. Muhammad dan para rasul lainnya mempunyai peranan dalam menjembatani pesan-pesan dari Allah agar dapat diaplikasikan kepada Manusia. Nabi Ibrahim AS sebagai contoh dalam mengelakkan diri dari menyembah sembahan berhala . Walaupun demikian sebagai umat Muhammad yang wajib diikuti hanya kepada Nabi Muhammad sebagai penutup para nabi dan yang sesuai dengan pendekatan bagi manusia sekarang.

Dalil

  • 33:21, Muhammad (Rasul) sebagai qudwah yang baik

  • 60:4, Ibrahim AS sebagai ikutan dalam melaksanakn Aqidah

4. Alamatu risalah

Sarahan

  • Agar memahami peranan Rasul lebih mendalam maka kita perlu mengetahui apakah ciri-ciri Rasul sebenarnya. Rasul yang membawa peranan dan amanah yang cukup berat dalam menjalankan tugasnya mempunyai beberapa keistimewaan yang dijelaskan dalam ciri-ciri Rasul itu sendiri. sifat asa, mukjizat, basyirat, nubuwah dan tsamarat.

5. Sifatul Asasiyah

Sarahan

  • Sifat asas rasul adalah akhlak mulia yang terdiri dari sidiq, tabligh, amanah dan fatanah. Sifat asas dan utama ini mesti dipunyai oleh setiap rasul dan orang yang beriman. Tanpa sifat ini maka seorang mukmin kurang mengikuti Islam yang sebenarnya bahkan dapat menggugurkan keislamannya. Misalnya sifat dasar sidiq, RasullulLah menekankan bahawa kejujuran sebagai akhlak yang utama, tanpa sidiq maka gugur keislamannya. Dengan kejujuran yang dimiliki walaupun ia berbuat dosa seperti merogol atau mencuri, masih dapat dimaafkan apabila ia masih mempunyai sifat sidiq. Dengan sifat asas ini maka manusia dijamin hidupnya didunia dan di akhirat akan bahagia.Sifat asas juga bersifat universal ini sangat strategik bagi setiap mukmin dalam menjalankan Islam dan memelihara dirinya dari segala cabaran.

Dalil

  • 68:4, Rasul mempunyai akhlak yang mulia.

6. Mukjizat

Sarahan

  • Banyak mukjizat yang dibawa oleh para Rasul. Setiap Rasul membawa mukjizat yang diberi Allah berbeza-beza seperti nabi Ibrahim yang tidak terbakar, nabi Musa yang membelah lautan, nabi Sulaiman dapat bercakap dengan segala makhluk, nabi Daud yang mempunyai kekuasaan dan lainnya. Nabi Muhammad sendiri banyak mukjizat yang Allah SWT berikan misalnya membelah bulan ketika dicabar oleh orang kafir, Al Qur'an, makluman awal terhadap segala peristiwa yang berlaku dan sebagainya.

  • Dengan mukjizat ini maka manusia semakin yakin dengan apa yang diberikan oleh para Rasul kepada manusia.

Dalil

  • 54:1, Rasul membelah bulan

  • 15:9, Al Qur'an yang dipelihara oleh Allah

7. Al Mubasyarat

Sarahan

  • Ciri kerasulan adalah sudah dimaklumkan oleh manusia-manusia sebelumnya mengenai kedatangannya. Nabi Muhammad SAW sudah dimaklumkan ketika zaman Nabi Isa AS, bahawa akan datang seorang Rasul yang bernama Ahmad (terpuji).

Dalil

  • 61:6, berita gembira yang memaklumkan kedatangan nabi Muhammad SAW

8. An Nubuwah

Sarahan

  • Ciri-ciri rasul lainnya adalah adanya berita kenabian seperti membawa perintah dari Allah untuk manusia keseluruhan seperti perintah haji (pada zaman Nabi Ibrahim) dan perintah - perintah Allah di dalam Al Qur'an (pada zaman Nabi Muhammad)

Dalil

  • 22:26-27, Nabi Ibrahim disuruh oleh Allah untuk memberitahukan kepada manusia agar berhaji.

  • 6:19, Al Qur'an adalah wahyu kepada rasul dan sebagai berita kenabiannya.

  • 25:30, Rasul mengajak ummatnya kepada Al Qur'an tetapi mereka meninggalkannya.

9. Attsamarat

Sarahan

  • Ciri Rasul adalah ada hasil dari perbuatan dakwah dan harakahnya. Tidak ada hasil maka bererti tidak melakukan. Dengan melakukan maka akan menghasilkan hasil walaupun sedikit. Nabi dan Rasul telah membuktikan kepada kita bagaimana hasil dari usaha-usaha dakwah mereka. Nabi Muhammad SAW telah membuktikan dengan usahanya maka didapati perubahan masyarakat dari jahiliyah kepada islamiyah, dari kemusyrikan kepada keimanan dan perubahan-perubahan lainnya. Islam pun tersebar ke seluruh dunia dengan meninggalkan banyak bukti-bukti sejarah yang sampai saat ini dapat dilihat dan dibuktikan.

  • Kader Nabi iaitu para sahabat adalah bukti nyata yang menjadikan perubahan-perubahn di jazirah Arab dan seluruh dunia.

Dalil

  • 48:29, hasil tarbiyah dan dakwah Rasul adalah kader-kader yang tangguh.

Ringkasan Dalil

Rasul adalah lelaki yang dipilih dan diutus Allah dengan risalah Islam kepada manusia (5:67, 33:39)

Teladan dalam melaksanakan risalah (33:21, 56, 60:4)

Tanda tanda kerasulan:

Sifat (68:4)

Mukjizat (54:1, 15:9)

Berita kedatangan (61:6)

Berita kenabiaan (25:30, 22:26-27)

Hasil hasil perbuatan (48:29)

Hajatul Insan Ila Rasul

Hajatul Insan Ila Rasul

Sinopsis

Setiap manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan fitrah, dimana manusia bersih, suci dan mempunyai kecenderungan yang baik dan ke arah positif iaitu ke arah Islam. Fitrah manusia di antaranya adalah mengakui kewujudan Allah sebagai pencipta, keinginan untuk beribadah dan menghendaki kehidupan yang teratur. Fitrah demikian perlu diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari melalui petunjuk Al Qur'an (Firman-firman dan panduan dari Allah SWT) dan panduan Sunnah (Sabda Nabi dan perbuatannya). Semua panduan ini memerlukan petunjuk dari Rasul khususnya dalam mengenal pencipta dan sebagai panduan kehidupan manusia. Dengan cara mengikuti panduan Rasul kita akan mendapati ibadah yang sohih.

Hasiyah

1. Al Insan

Sarahan

  • Al Insan (manusia) adalah ciptaan Allah SWT yang diberikan banyak kelebihan dan keutamaan dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya.

  • Di antara kelebihan manusia adalah fitrah. Agama Allah yang dijadikanNYa kepada manusia sesuai dengan fitrahnya.

Dalil

  • 30:30 Manusia diciptakan sesuai dengan fitrahnya

2. Fitrah

Sarahan

  • Fitrah yang ada pada manusia dapat menilai baik buruk tingkah laku masyarakat ataupun dirinya.Ini disebabkan kerana fitrah dimiliki oleh manusia semenjak ia lahir, samada dilahirkan oleh ibu bapa kafir ataupun jahiliyah. Kecenderungan yang baik sentiasa membawa manusia ke arah Islam seperti pengakuannya kepada Allah sebagi pencipta (Rab). Perubahan fungsi dan peranan fitrah ini terjadi kerana pengaruh persekitaran termasuk pengaruh ibu bapa ataupun lingkungan sosial. Yang menjadikan manusia berubah dari fitra kepada nasranai, yahudi dan majusia juga disebabkan oleh pengaruh ibu bapanya.

  • Fitrah dapat dijadikan sebagai saksi bagi segala perbuatannya. Fitrah manusia sudah dibekali oleh Allah SWT dengan nilai-nilai semula jadi yang dapat menilai suatu tingkah laku. Beberapa fitrah manusia adalah keinginan manusia untuk mengabdi kepada Kholiq, mengakui keberadaan Allah SWT sebagai kholiq dan keinginan manusia untuk hidup teratur.

Dalil

  • 30:30, Hadits: Setiap anak dilahirkan atas fitrahnya, kemudian ibu bapanya yang menjadikan anak yayahudi, majusi dan nasrani

  • 75:14, manusia menjadi saksi ke atas dirinya sendiri

  • 27:14, hati mereka meyakini walaupun mengingkari

3. Wujudul Kholiq

Sarahan

  • Kewujudan pencipta merupakan sesuatu yang tak dapat diingkari. Manusia pada dasarnya mengakui perkara ini. Allah sebagai pencipta (Rab) di dalam Al Qur'an diakui oleh orang kafir sekalipun. Perjanjian manusia ketika di dalam rahim ibunya juga menyatakan bahawa "alastu birobbikum Qolu bala syahidna". Manusia menerima Allah sebagai rab. Begitupun ketika orang kafir Qurays ditanya berkaitann dengan pencipta langit, bulan, bintang dan sebagainya maka dijawab Allah. Hal ini menunjukkan bahawa Allah sebagai Rab diakui dan diiktiraf oleh manusia tetapi tidak semuanya yang mengakui Allah sebagai Ilah.

Dalil

  • 23: 83-90, apabila ditanya kepada orang kafir jahiliyah siapakah yang mempunyai bumi dan orang yang diatasnya, siapakah yang mempunyai tujuh langit? maka jawabannya adalah Allah.

  • 7:172, apakah aku Rab kamu, mereka berkata ya kami menyaksikannya.

4. Ibadatul Kholiq

Sarahan

  • Manusia secara umum mendapat arahan dari Allah SWT untuk mengabdi kepadaNya. Pengabdian kepada Allah adalah sebagai hasil dan akibat dari pengakuan kita kepada Allah sebagai pencipta. Mengakui Pencipta bererti mengakui apa yang disampaikanNya, menerima arahanNya, menjalankan Undang-undangNya dan sebagainya. Usaha-usaha ini adalah bahagian dari bentuk pengabdian kita kepada Allah SWT

Dalil

  • 2:21, Wahai manusia, sebahlah Tuhanmu yang menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu.

5. Hayatul Munadhomah

Sarahan

  • Petunjuk dari Allah adalah untuk memandu manusia ke arah yang baik. Semua arahan dan bimbingan dari Allah SWT adalah baik bagi manusia yang diciptaNya kerana sesuai dengan fitrah manusia. allah sebagai pencipta tahu mengenai ciptaannya secara pasti sehingga Allah dapat memebrikan panduan yang juga tepat bagi manusia. Tanpa petunjuk bererti hidup manusia menjadi tidak teratur dan tanpa arah tujuan, ia mengikuti hawa nafsunya sahaja yang tidak jelas kemana pergi. Mereka akan tersesat di jalan yang tidak benar.

Dalil

  • 28:50, mengikuti panduan Allah menjadi hidup teratur, manakala tidak mengikuti Allah bererti mengikuti hawa nafsu dan menjadi sesat (tidak teratur hidupnya)

6. Hidayatur Rasul

Sarahan

  • Jika kita hendak mengikuti perintah Allah maka kita mesti mengikuti perintah Rasul. Apabila kita ingin mengasihi Allah maka kita perlu petunjuk Rasul. Kaedah ini adalah kaedah yang Rabani dibawa oleh Islam. Oleh kerana itu syahadatain pun terdiri dari pengakuan kepada dua iaitu Allah dan RasulNya. Mengikuti petunjuk rasul berreti kita mengikuti jalan agama Allah yang mempunyai langit dan apa-apa yang di bumi.

Dalil

  • 3:31, Jika mencintai Allah maka ikuti rasul

  • 43:53, mengembalikan semua urusan kepada Allah.

  • 36: 1-2, Al Qur'an yang berhikmah

7.Makrifatul Kholiq

Sarahan

  • Petunjuk rasul digunakan untuk mengenal Allah. Mengenal Allah juga dapat dilakukan dengan cara memperhatikan dan memikirkan alam sebagai penciptaanNya. Melihat gunung-ganang, haiwan dan sebagainya merupakan cara untuk mengenal Allah secara ayat Kauniyah.

Dalil

  • 31:10, Allah menciptakan langit, gunung, haiwan dan sebagainya

  • 3:191, Allah menciptakan segala sesuatu tidak dengan sia-sia

8. Minhajul hayah

Sarahan

  • Petunjuk Rasul juga digunakan untuk mengamalkan Islam yang benar dan yang direhai oleh Allah SWT. Rasul sebagai ikutan dan teladan yang baik untuk diikuti dalam mengamalkan Islam secara benar.

  • Panduan hidup melalui Islam mesti diamalkan mengikuti teladan kita kepada Rasul

Dalil

  • 33:21, Rasul sebagai teladan yang baik

  • 3:19, Islam sebagai dien yang Allah redhai

  • 3:85 Orang yang merugi apabila tidak mengamalkan Islam

9. Ibadatul Shohih

Sarahan

  • Ibadah sohih adalah ibadah yang menyembah Allah dengan panduan mengikuti Rasul. Rasul sebagai penerima wahyu dari Allah perlu diikuti dan sebagai keperluan bagi kita untuk menjadikannya sebagai model dan petunjuk dalam menjalankan ibadah yang benar.

  • Rasul sebagai manusia yang mendapat lesen dari Allah SWT untuk mengembangkan dan menyebarkan nilai-nilai Islam secara sah dan tepat. Allah telah menyebutkan pada banyak ayat yang menyatakan bahawa Rasul diberi wahyu dan diberi tugas untuk menyampaikannya kepada manusia.

Dalil

  • 21:25, Rasul diberi wahyu yang menyebutkan bahawa tiada tuhan selain Allah oleh itu sembahlah Allah.

Ringkasan Dalil

Insan - fitrah (75 : 14, 27 : 14)

Kewujudan Pencipta (23 : 83-90)

Mengabdi pada sang Pencipta (2:21)

Hidup yang teratur (28:50)

Petunjuk rasul (36:1-2, 42: 53, 3:31)

Mengenal pencipta yang Haq (31:10, 3:191)

Panduan hidup (3:19,85, 33:21)

Beribadah yang benar (21:25)

Senin, 12 Oktober 2009

GHOZWUL FIKRI


PENGERTIAN GHOZWUL FIKRI

Ghozwul fikri menurut bahasa terdiri dari dua suku kata yaitu”ghozwah”dan’fikr”.

Ghozwah berarti serangan,fikr berarti pemikiran.Secara istilah ghozwul fikri berarti penyerangan dengan berbagia cara terhadap pemikiran ummat islam guna merubah apa yang ada di dalam nya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal-halyang benar karena telah bercampur aduk dengan hal-hal- yang tidak islam .

SASARAN GHOZWUL FIKRI

  1. Berusaha memasukkan yang sudah kosong keislamannya ke dalam agama kafir.

Firman Allah SWT:

“........Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup........”(QS Al-Baqarah:217)

  1. Menjauhkan umat islam dari agamanya.

Firman Allah SWT:

“Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentu|ah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia.”(QS Al-Israa’:73)

“dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.” (QS Al-Maidah:49)

  1. Agar umat islam mengikuti agama kafir.

Firman Allah SWT:

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)." Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS Al-Baqarah:120)

METODE GHOZWUL FIKRI

Membatasi supaya islam tidak tersebar luas,dengan cara:

  • Tasykik(pendangkalan)
  • Tasywih(pencemaran/pelecehan)
  • Tadhlil(penyesatan)
  • Taghrib(pembaratan/westernisasi)

Menyerang islam dari dalam,melalui:

  • Penyebaran paham sekulerisme.

Yaitu paham yang berusaha memisahkan antara agama dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

  • Penyebaran paham nasionalisme.

Nasionalisme membunuh ruh ukhwuah islamiyah yang merupakan azas kekuatan umat islam.Sabda Rasulullah SAW:

“Bukan dari golongan ku orang orang yang mengajak atas dasar ashobiyah dan bukan golongan ku orang yang berperang atas dasar ashobiyah dan bukan dari golonganku orang yang mati karena ashobiyah”

  • Pengrusakan akhlak umat islam terutama para pemudanya.

SARANA GHOZWUL FIKRI

Yaitu media massa,berupa media cetak maupun media elektronik.

HASIL-HASIL GHOZWUL FIKRI

1) Umat islam menyimpang dari ajaran Al-qur’an dan As-Sunnah.

2) Minder dan rendah diri.

3) Ikut-ikutan

4) Terpecah-pecahnya umat islam.

Sumber:catatan penulis selama mengikuti MUSTADA I(Masa Ukhuwah Islamiyah Dan Tadabbur Alam I)LDK AL-IZZAH IAIN SU.

Kamis, 08 Oktober 2009

KAMPUNG HALAMAN KU,BERASTAGI

Berastagi adalah tujuan wisata utama di Tanah Karo yang terletak di ketinggian sekitar 4.594 kaki dari permukaan laut dan dikelilingi barisan gunung-gunung, memiliki udara yang sejuk dari hamparan perladangan pertaniannya yang indah, luas, hijau. Brastagi merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki fasilitas lengkap di Tanah Karo, seperti hotel berbintang, restoran, golf dan lain-lain sampai kepada hotel yang tarifnya relatif dapat terjangkau. Brastagi juga dikenal dengan julukan kota “Markisa & Jeruk Manis”.

Dari kota “Markisa & Jeruk Manis” Brastagi, para pengunjung akan menikmati pemandangan yang indah ke arah pegunungan yang masih aktif, yaitu gunung Sibayak dan gunung Sinabung.Untuk mendaki gunung Sibayak diperlukan waktu lebih kurang 3 jam perjalanan dan kita bisa menikmati pemandangan yang indah di pegunungan tersebut atau perlu waktu 3 sampai 4 jam perjalanan di hutan untuk melihat kekayaan alam di dalamnya baik flora maupun fauna di sekitar hutan tersebut.

Selain buah-buahan, Brastagi juga terkenal sebagai penghasil berbagai jenis sayur-sayuran, buah-buahan dan bunga-bunga. Di kota Brastagi dilaksanakan beberapa peristiwa pariwisata antara lain “Pesta Bunga & Buah” dan festival kebudayaan “Pesta Mejuah-juah” yang diadakan setiap tahun. Tanah Karo juga memiliki tradisi yang telah turun temurun dilakukan yaitu “Kerja Tahun” yang diselenggarakan setiap tahun oleh orang-orang Karo yang tinggal di daerah tersebut ataupun yang sudah merantau datang kembali ke perkampungan yang memiliki hubungan keluarga untuk saling berkunjung dan bersilaturahim

Adillah Ala Wujudillah

Adillah Ala Wujudillah

Sinopsis

Kewujudan Allah s.w.t adalah sesuatu yang cukup terang sehingga sesetengah pihak yang ekstrem berpendapat kewujudan Allah tidak perlu kepada dalil lantaran terlalu jelas. Walau bagaimanapun dalil-dalil yang membuktikan kewujudan Allah ini boleh kita lihat dari berbagai aspek, antaranya dari aspek fitrah, aspek pancaindera, dari aspek logik /aqal, dari aspek nas/naql dan juga dari aspek sejarah. Bila kita membicarakan dalil-dalil kewujudan Allah, kita tidak bermaksud perbincangan-perbincangan falsafi yang merumitkan tetapi bagaimana dalil-dalil itu dapat difahami dengan mudah dan menunjangkan keyakinan terhadap Allah s.w.t.

Hasyiah

1. Dalil Fitrah

Syarah

  • Adalah dalil yang lahir dari fitrah asal manusia itu sendiri. Hal ini banyak dirakamkan di dalam al-Quran, bagaimana manusia umumnya mengakui kewujudan Allah.

Dalil

  • 7:172 : Allah bertanya: Bukankah Aku Tuhan kamu ? Sahutnya: Ya, Kami menjadi saksi

  • 29:61 : Demi kalau engkau tanyakan kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan, nescaya mereka menjawab: Allah.

  • 43:9 : Demi jika engkau tanyakan kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi, nescaya mereka menjawab: yang menciptakan semuanya adalah (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

  • 75:14-15: Bahkan manusia jadi saksi atas dirinya sendiri meskipun ia menerangkan beberapa keuzuran

2. Dalil Indera

Syarah

  • Adalah dalil-dalil yang dapat dinikmati, dilihat, dirasai atau disentuhi oleh indera.

Dalil

  • 54:1: Telah hampir saat kiamat dan bulan pun terbelah

  • 17:1 : Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambanya di malam hari dari Masjidil Haram

  • 8:9 : Sesungguhnya Aku menolong kamu dengan seribu malaikat yang beriringan

  • 3:125: Ya, jika kamu sabar dan taqwa dan datang orang-orang kafir itu bersegera kepadamu tuhanmu menolongmu dengan lima ribu malaikat

3. Dalil Aqli

Syarah

  • Adalah dalil-dalil yang berasaskan akal

Dalil

  • 41:53: Nanti akan Kami perlihatkan kepada mereka ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Kami di ufuk-ufuk dan pada diri mereka sendiri.

  • 27:88 : Engkau lihat gunung-gunung, engkau kira ia tetap padahal ia lari seperti larinya awan

  • 87:1-4: Sucikanlah nama Tuhanmu yang Maha Tinggi yang menciptakan semua alam lalu meyempurnakan kejadiannya, dan yang menentukan dan memberi petunjuk dan yang menumbuhkan padang rumput (tanam-tanaman).

4. Dalil Naqli

Syarah

  • Adalah dalil-dalil yang bersandarkan kepada nas-nas.

Dalil

  • 4:82 : Tidakkah mereka mentadabbur al-Quran ? Sekiranya al-Quran itu dari sisi selain Allah nescaya mereka mendapati banyak perselisihan di dalamnya.

  • 17:88 : Katakanlah: Demi jika jika berhimpun manusia dan jin hendak memperbuat seumpama al-Quran ini, nescaya mereka tidak dapat memperbuat seumpamanya.

  • 15:9: Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Quran dan dan Kami memeliharanya.

5. Dalil Sejarah

Syarah

  • Adalah dalil-dalil kekuasaan dan keagungan Allah yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang telah berlaku di atas muka bumi.

Dalil

  • 3:137 : Sesungguhnya telah lalu beberapa peraturan (Allah) sebelum kamu, maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah, bagaimana akibatnya orang-orang yang mendustakan agama.

  • 7:176 : Demikianlah umpamanya kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sebab itu kisahkanlah kisah itu, mudah-mudahan mereka berfikir.

  • 12:111: Sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka itu ada ibrah (pengajaran) bagi orang-orang yang berakal.

  • 11:120: Setiap riwayat kami kisahkan kepadamu di antara perkhabaran para rasul supaya Kami tenteramkan hatimu dengannya.

Mengagung Allah dan Mentauhidkan Allah

Syarah

  • Dari semua dalil-dalil yang dapat dilihat di atas itu adalah berfungsi menguatkan pandangan kita betapa keagungan Allah s.w.t begitu luarbiasa dan menundukkan kita sendiri di hadapan keagungan ini. Langsung mencetuskan tauhidullah yang luarbiasa.

Dalil

  • 21:92 : Sesungguhnya ini, umat kamu (hai mukminin) umat yang satu dan Aku tuhanmu, sebab itu sembahlah Aku.