Rabu, 20 April 2011

KOMPETENSI SOSIAL GURU

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Guru harus mempuyai kompetensi sosial karena guru adalah penceramah jaman .Lebih tajam lagi ditulis oleh Ir. Soekarno dalam tulisan “Guru dalam Masa Pembangunan” menyebutkan pentingnya guru dalam masa pembangunan adalah menjadi masyarakat.
Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga Negara. Lebih dalam lagi kemampuan sosial ini mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
Untuk itulah seorang guru dituntut tidak hanya pandai menguasai bidang ilmu yang di tempuhnya dan diajarkan kepada siswa-siswinya di sekolah tetapiuga ilmu itu juga harus diterapkan dimasyarakat agar tercipta masyarakan yang madani.
2. PERMASALAHAN
adapun permasalahan yang akan kami bahas pada makalaih ini yaitu:
• Apakah pengertian kompetensi sosial?
• Apa saja indikator kompetensi sosial guru?
• Apa apa saja peranan guru didalam masyarakat?
3. TUJUAN
Adapun yang menjadi tujuan kami dalam penulisan makalah ini yaitu :
• Untuk menambah wawasan antara penulis dan pembaca tentang kompetensi sosial guru yang ada di sekolah dan masayarakat.
• Sebagai tugas pelengkap mata kuliah Profesi Keguruan.




BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KOMPETENSI SOSIAL
Apakah kompetensi sosial? Pakar psikologi pendidikan Gadner menyebut kompetensi sosial itu sebagai social intellegence atau kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial merupakan salah satu dari sembilan kecerdasan (logika, bahasa, musik, raga, ruang, pribadi, alam, dan kuliner) yang berhasil diidentifikasi oleh Gadner.
Semua kecerdasan itu dimiliki oleh seseorang. Hanya saja, mungkin beberapa di antaranya menonjol, sedangkan yang lain biasa atau bahkan kurang. Uniknya lagi, beberapa kecerdasan itu bekerja secara padu dan simultan ketika seseorang berpikir dan atau mengerjakan sesuatu
Relevansi dengan apa yang dikatakan oleh Amstrong itu ialah bahwa walau kita membahas dan berusaha mengembangkan kecerdasan sosial, kita tidak boleh melepaskannya dengan kecerdasan-kecerdasan yang lain. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa dewasa ini banyak muncul berbagai masalah sosial kemasyarakatan yang hanya dapat dipahami dan dipecahkan melalui pendekatan holistik, pendekatan komprehensif, atau pendekatan multidisiplin.
Kecerdasan lain yang terkait erat dengan kecerdasan sosial adalah kecerdasan pribadi (personal intellegence), lebih khusus lagi kecerdasan emosi atau emotional intellegence. Kecerdasan sosial juga berkaitan erat dengan kecerdasan keuangan. Banyak orang yang terkerdilkan kecerdasan sosialnya karena himpitan kesulitan ekonomi.
Dewasa ini mulai disadari betapa pentingnya peran kecerdasan sosial dan kecerdasan emosi bagi seseorang dalam usahanya meniti karier di masyarakat, lembaga, atau perusahaan. Banyak orang sukses yang kalau kita cermati ternyata mereka memiliki kemampuan bekerja sama, berempati, dan pengendalian diri yang menonjol.
Dari uraian dan contoh-contoh di atas dapat kita singkatkan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan seseorang berkomunikasi, bergaul, bekerja sama, dan memberi kepada orang lain. Kompetensi sosial ialah kemampuan seorang guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, guru, orang tua, dan masyarakat sekitar.

B. INDIKATOR KOMPETENSI SOSIAL GURU
Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Surya mengemukakan kompetensi sosial adalah kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain . Dalam kompetensi sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial. Asian Institut for Teacher Education, menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Untuk dapat melaksanakan peran sosial kemasyarakatan, guru harus memiliki kompetensi
1. aspek normatif kependidikan, yaitu untuk menjadi guru yang baik tidak cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan, dan kecakapan saja, tetapi juga harus beritikad baik sehingga hal ini bertautan dengan norma yang dijadikan landasan dalam melaksanakan tugasnya,
2. pertimbangan sebelum memilih jabatan guru,
3. mempunyai program yang menjurus untuk meningkatkan kemajuan masyarakat dan kemajuan pendidikan.
Johnson sebagaimana dikutip Anwar mengemukakan kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
Arikunto mengemukakan kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, kompetensi sosial guru tercermin melalui indikator:
1. interaksi guru dengan siswa
2. interaksi guru dengan kepala sekolah
3. interaksi guru dengan rekan kerja
4. interaksi guru dengan orang tua siswa
5. interaksi guru dengan masyarakat.
Selain itu ada juga indikator yang diungkapkan oleh Irwan Nasution dan Amiruddin Siahaan mengenai kompetensi sosial seorang guru, yaitu :
1. Berkomunikasi lisan, tulisan, dan isyarat
2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sisitem nilai yang berlaku.
4. Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

C. PERAN SOSIAL GURU DALAM MASYARAKAT
Keberadaan guru di tengah masyarakat bisa dijadikan teladan dan juga rujukan maasyarakat sekitar. Disinilah nilai strategis seorang guru sebagai penebar cahaya kebenaran dan keagungan nilai terpancar kuat. Hal ini meniscayakan seorang guru untuk selalu On The Right Track (pada jalan yang benar), tidak menyimpang dan tidak berbelok, sesuai dengan ajaran agama yang suci, adat istiadat yang baik, dan aturan pemerintah.
Posisi strategis seorang guru tidak hanya bermakna pasif, justru harus bermakna Aktif Progresif. Dalam arti, guru harus bergerak memberdayakan masyarakat menuju kualitas hidup yang baik dan perfect di segala aspek kehidupan, khususnya pengetahuan moralitas, sosial, budaya, dan ekonomi kerakyatan. Karena itu gurur memiliki bebrapa peran penting di tengah masyarakat, antara lain:

1. Pendidik
Ilmu seorang guru, khususnya guru agama harus ditularkan kepada masyarakat agar nilai kemanfaatannya lebih besar, tidak hanya diberikan kepada anak-anak di sekolah orang tua murid juga perlu diberikan pencerahan ilmu tentang pentingnya tanggung jawab dihadapan Allah SWT, pentingnya mendidik anak secara bertanggung jawab, wajibnya bekerja yang halal, dijauhkan dari pekerjaan yang dilarang dan menekankan hidup bersama yang harmonis, kolektif dan dinamis bersama elemen masyarakat lain.
2. Penggerak Potensi
Pada hakikatnya masyarakat mempunyai potensi bear sebagai sekumpulan manusia yang dianugrahi kemampuan lahir dan bathin oleh Allah SWT. Belum lagi potensi Alam dan lingkungan ketidakmampuan masyarakat membaca potensi, menangkap peluang dan memanfaatkannya secara maksimal harus dijembatani oleh seoarang guru.
Selain sebagai pendidik ia juga seoarang penggerak yang aktif menggerakkan potensi besar ummat untuk kesejahteraan dan kemajauan. Jangan sampai potensi besar alam, misalnya dimanfaatkan oleh pihak industri untuk melakukan eksploitasi secara semena-mena sementara rakyat sekitar tidak mendapatkan apa-apa. Hal ini banyak terjadi di banyak tempat. Masyarakat akhirnya diam saja, karena takut terhadap berbagai ancaman kalau berani mengusik kepentingan pihak industri yang di backup penuh kalangan pemerintah dan pihak keamanan.
3. Pengatur Irama
Dalam kehidupan sosial, pada dasarnya potensi masyarakat sangat banyak, bervariasi dan kompleks. Potensi tersebut ada pada generasi tua dan muda, kalangan kelas atas menengah dan bawah. Jika tidak ada yang mengelola dan mengatur irama permainan, maka potensi tersebut tidak dapat menghasilkan bunyi orkestra yang enak dan indah didengar, justru sebaliknya, masing-masing “bermain” dengan gaya iramanya sendiri-sendiri. Akhrnya, tidak terwujud tim yang sinergis, solid dan professional. Disinilah peran seorang guru sebagai pengatur irama, harus jeli membaca potensi seseorang menempatkannya pada posisi yang tepat, dan mengatur irama permainan yang saling melengkapi, menyempurnakan, dan menutupi kelemahan masing-masing. Jadilah ia sebuah kekuatan dahsyat yang akan membawa perubahan besar dalam kehidupan sosial. Seorang guru harus bisa menjaadikan orang tua sebagai figur stabilitator, pelindung, dan penjaga yang mengawasi anggotanya dalam kegiatan, sementara anak-anak muda dijadikan figur dinamisator yang mampu menggerakkan potensi mereka demi kemajuan bersama.
4. Penengah Konflik
Setiap orang pasti mempunyai masalah, baik yang berhubungan dengan dirinya maupun orang lain. Dan, setiap orang belum tentu mampu memecahkan masalah sendiri dengan kepala dingin, cerdas dan tangkas. Ada bahkan banyak dari mereka yang menyelesaikan masalah dengan emosional, nudah menghakimi orang lain. Akibatnya, kehidupan sosial kurang harmonis.
Disinilah peran guru sebagi pengah konflik yaitu mampu mencari solusi dari permasalahan yang ada dengan kepala dingin, mengedepankan akal dan hati dari pada nafsu amarah, mengutamakan pendekatan psikologi persuasif daripada emosional oportunis sanagat dinantikan demi tercapainya kerukunan warga.
5. pemimpin kultural
Peran-peran diatas dengan sendirinya menempatkan seoarang gurusebagai pemimpin yang lahir dan muncul dari bawah secara alami, bakat, potensi, aktualisasi, dan kontribusi besarnya dalam pemberdayaan potensi masyarakat.
Seorang guru lebih enjoy bersama rakyat yang bebas dari kepentingan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kalau masyarakat akhirnya mendesak untuk menduduki kepemimpinan formal, ia akan berkkonsultasi dengan banyak elemen masyarakat, bagaiman tingkat akseptabilitas dan resistensinya, lebih manfaat dan maslahat mana menjadi pemimpin kultural an sich dan pemimpin kultural plus formal.
Kalau ternyata lebih bermanfat hanya menjadi pemimpin kultural, ia akan konsisten di jalur kultural yang luas dan tidak terbatas. Namun jika bermanfaat di jalur dua-duanya tanpa ada resistensi dan konflik, maka ia akan menempatinya, demi kemaslahatan berasama.

























BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Guru bukan hanya bertugas dikelas. Guru juga merupakan panutan dan teladan bagi lingkungan. Sehingga, guru diharuskan dapat berkomunikasi juga dengan lingkungan. Dengan hubungan sosial yang baik dengan lingkungannya, guru dapat bekerjasama dengan tokoh masyarakat guna melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja di sekolahnya untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan tersebut. Contohnya, jika guru perempuan dapat aktif di PKK daerah tersebut, maka guru juga dapat mengajarkan ilmu atau keterampilan yang dimilikinya guna diajarkan kepada masyarakat. Jika guru laki-laki, dapat berperan dalam pembinaan karag taruna atau pembinaan terhadap remaja masjid atau mushalla di daerah pedalaman atau terpencil tersebut. Jadi, selain dapat mencerdaskan peserta didiknya, guru juga dapat membina serta bersosialisasi dengan baik terhadap lingkungannya. Dengan demikian, guru dapat memberikan manfaat kepada lingkungan dimana ia ditugaskan serta dapat pula menjalankan tugasnya dengan baik. Apabila guru tersebut telah berdedikasi terhadap lingkungannya, maka guru yang tidak betah tersebut dapat beradaptasi dan bertahan di tempat ia ditugaskan.

2. SARAN
Sebaiknya bagi para guru janganlah melakukan hal-hal yang menyimpang di masyarakat karena mayoritas masyarakat menempatkan guru sebagai panutan masyarakat, dan juga haruslah menjalankan tugasnya denga profesional dengan berbagai macam kompetensi yang dimiliki.




DAFTAR PUSTAKA


Armstrong, M. 1994 Manajemen Sumber Daya Manusia,Alih Bahasa, Sofyan Cikmat dan Haryanto Jakarta: Gramedia
Surya, Muhammad. 2003., Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bhakti Winaya
Idochi, Moch Anwar. 2004 Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusia. Jakarta: Rineka Cipta
Nasution, Irwan dan Amiruddin Siahaan. 2009.Manajemen Pengembangan Profesionalitas Guru. Bandung : Cita Pustaka Media
Asmani, Jamal Ma’mur. 2010 Tips Menjadi Guru Inspiratifn Kreatif, dan Inovatif. Yogyakarta : Diva Press,